Little Girl Like Her

Beberapa waktu lalu adik saya (Wangi, 5th) membuat saya... (hmm sulit menjelaskan perasaan).
Berawal dari ia yang dengan sengaja melintas ketika saya sedang melaksanakan shalat. Melihat kejadian itu ibu saya menegurnya.
"Dede, kok kakak sholat dede lewat?", lalu ia hanya diam merunduk. Selepas shalat dan melaksanakan sujud syukur, ia kembali melintas di depan sujud saya. Saat itu giliran saya yang menegur.
"Dede kenapa lewat di depan kakak sholat?"
Sama seperti yang terjadi pada ibu saya, teguran saya pun dibalas dengan diam dan merunduk olehnya. Melihat itu ibu menegurnya kembali.
"Dede emang mau ambil apa tadi lewat depan kakak? Ayo dede minta maaf ke kakak."
Lagi, ia hanya diam dan merunduk semakin dalam. Merasa ia tidak akan bicara, kemudian saya melanjutkan aktifitas di dapur. Saya merasa ia mengikuti dari belakang, namun menjaga jarak dan diam pada jarak tersebut. Setelah kembali ke ruang tengah ibu kembali bilang padanya.
"Itu kakak, ayo minta maaf, ngga kok kakak ngga marah. Ayo dede. Kalau sama mama langsung minta maaf kan biasanya." Namun kalimat ibu saya hanya dijawab dengan diam dan merunduknya yang semakin dalam lagi. Terlihat sekali ia merasa bersalah. Saya mencoba bertanya lagi padanya.
"Tadi dede emang mau ambil apa? Kok sampai lewatin kakak sholat?"
Dia diam. Hening beberapa menit. Sambil masih terus menatapnya saya tanyakan hal yang sama sekali lagi dan dia diam lagi. Saya tinggalkan ia untuk melakukan aktifitas yang lain lagi (bukan berarti tak menunggu, namun saya tipe yang menunggu dengan tetap mejalankan aktifitas lain 😂 akumah gitu anaknya).

Beberapa saat kemudian ia menghampiri saya dikamar, awalnya ia hanya duduk sambil memainkan jari di dekat saya yang sedang berkutat dengan kesibukan saya. Lalu Ia mencoba membuka obrolan.
"kak...",
"iya de" jawab saya,
(hening....) "kak..... (hening panjang) dede minta maaf ya kak" ia bicara sambil merunduk.
"Dede salahnya apa tadi?" tanya saya.
"Dede tadi lewat di depan kakak waktu kakak sholat" jawabnya pelaaan sekali.
"Boleh ngga kalau ada orang sholat kita lewat?" tanya saya.
"Ngga boleh" jawabnya.
"Trus dede mau ulangin lagi?" tanya saya lagi.
"Ngga kak, janji".
"Iya yaudah kakak maafin" lalu ia mencium pipi saya.

Kemudian, hal setelah ini yang membuat saya,, speechless.
Saat kejadian itu, ternyata adik sepupu kami yang usianya terpaut 4 tahun diatas adik saya (Naisya, 9th) mendengar percakapan kami. Setelah Wangi keluar kamar, Naisya menanyakan padanya.
"Kenapa kaka wangi?",
lalu Wangi dengan tegas menjawab
"Tadi kaka Wangi salah. Kaka lewat di depan kaka Alfi waktu kaka Alfi lagi sholat. Terus kaka minta maaf."

Dan seketika itu saya ingin meneteskan air mata rasanya.. how can a little girl like her, bisa tegas menjawab seperti itu 😢😢
Bayangin, kalau kita diposisi dia terus ada temen yg nanya kayak gitu, kita pasti spontan bilang "gak apa-apa" yes or no? Gengsi mengalahkan kebersihan hati kita hiksss

Dan saat itu pula, saya mencoba menggali bagaimana cara ibu saya mendidik adik saya hingga berani berkata jujur pada orang lain di usia itu. 😢
Hey dude, jaman sekarang jujur itu mahal, right? Menanamkan kejujuran pada anak-anak dijaman sekarang tidaklah mudah.
Ya gak sii?
Maka dari itu, gak ada salahnya untuk muda-mudi kayak kita mempersiapkan 'bekal' sejak dini demi membentuk akhlak anak-anak kita dimasa depan nanti.

😊😊

Komentar